Konservasi Tanah dan Air secara Sipil Teknis : Trucuk Bambu
Konservasi Tanah dan Air secara Sipil Teknis : Trucuk Bambu
Di awal pertengahan 2022 musim hujan telah menurun, walau sesekali masih turun hujan. Menyikapi hal ini, sebagai penyuluh kehutanan yang bertugas di lapangan selalu memantau adanya resiko bencana yang mungkin terjadi dan segera melakukan pelaporan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dan perhatian terhadap wilayah binaan.
Kecamatan Arjosari topografi wilayah yang sebagian besar berupa perbukitan ±85%. Pada daerah ini, di musim penghujan airnya melimpah hingga meluap, namun ketika kemarau air menyusut hingga nyaris kekeringan. Terdapat aliran sungai yang melalui hampir seluruh wilayah kecamatan Arjosari, membelah maupun melintang di antara desa-desa, sehingga otomatis bersinggungan dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Melihat kondisi bentang alam yang demikian serta keadaan cuaca yang relatif sulit diprediksi, beragam resiko yang tak terhindarkan bisa mungkin dapat terjadi salah satunya yaitu erosi. Jika sudah terjadi tentunya hal ini mengganggu kelangsungan aktivitas masyarakat warga desa. Karena peristiwa erosi menyebabkan meluapnya sungai, jebolnya tanggul dan amblesnya jembatan.
Yang baru-baru ini terjadi di Arjosari yaitu di Desa Mlati terjadi bencana erosi yang berakibat jembatan rusak dan kerusakan tanggul di Desa Sedayu.
- Sebanyak 65 rumah terancam ambles akibat erosi, pada November 2021. Lokasi kejadian di Desa Gembong dan Pagutan.
- Desa Sedayu : Lokasi Terdampak bencana banjir. Terjadi abrasi bibir sungai sepanjang kurang lebih 30 meter yang mengancam talud pengaman. Menyebabkan kerusakan tanggul pada Juni 2022
- Desa Mlati : Rusaknya jembatan yang darurat karena menjadi salah satu akses warga setempat untuk beraktivitas. Terjadi akhir Juni 2022
Salam Lestari
Comments
Post a Comment